Volubilis, kota bersejarah peninggalan bangsa Berber yang kaya akan sejarah!
Volubilis
Reruntuhan kota Volubilis
(Credit: Volubilis | Вид на Волюбилис с востока. UNESCO | Maxim Massalitin | Flickr CC BY-SA 2.0)
Asal nama dari nama Volubilis ini tidak ada yang mengetahui, tetapi nama Volubilis itu sendiri kemungkinan mengacu kepada Latinisasi dari bahasa Berber yaitu ⵡⵍⵉⵍⵉ yang artinya Wlili/Walilt yang berarti Oleander yaitu bunga Oleander atau Nerium yang pohon bunga ini tumbuh di sekitar lembah kota ini berada.
Lokasi kota ini berada tepatnya di koordinat (34.07362132823221, -5.555010324318807), atau di prefektur Meknes, Fes-Meknes region, Maroko.
Kota Volubilis merupakan kota yang didirikan bangsa Berber yang di-ekskavasi di negara Maroko dan terletak di dekat kota Meknes, kota ini dianggap sebagai ibu kota kuno dari kerajaan Mauretania yang dibangun di derah yang lumayan subur. Kota ini mulai berkembang pada abad ke-3 SM hingga seterusnya sebagai pemukiman dari bangsa Berber, lalu kemudian bangsa proto-Kartago, sebelum akhirnya menjadi ibu kota dari kerajaan Mauritania. Kota ini tumbuh pesat di bawah pemerintahan bangsa Romawi mulai dari abad ke-1 masehi hingga seterusnya serta meluas hingga mencakup sekitar 42 hektar dengan panjang dinding yang menglilingi kota sampai 2,6 km. Bangunan umum mulai bermunculan di kota ini pada abad ke-2 masehi, yang termasuk basilika, kuil, serta gapura/arca kemenangan. Sumber kemakmuran dari kota ini diperoleh terutama dari penanaman buah zaitun, yang mendorong pembangunan banyak rumah kota yang bagus dengan lantai mozaik yang besar.
Kota ini berpindah tangan ke suku-suku lokal sekitar tahun 285 dan tidak pernah direbut kembali oleh bangsa Romawi karena posisinya yang terpencil dan sulit untuk dipertahankan di perbatasan barat daya Kekaisaran Romawi. Kota ini terus dihuni selama kurang lebih sampai 700 tahun kedepan, pertama-tama sebagai komunitas Kristen yang di-latinisasi, lalu kemudian menjadi pemukiman awal umat Muslim. Pada akhir abad ke-8 kota ini menjadi tempat kedudukan Idris ibn Abdallah, yaitu pendiri dinasti Idrisid Maroko. Lalu, pada abad ke-11, kota ini ditinggalkan setelah kursi kekuasaan dipindahkan ke kota Fes. Sebagian besar penduduk setempat dipindahkan ke kota baru Moulay Idriss Zerhoun, yang berjarak sekitar 5 km (3,1 mil) dari Volubilis.
Reruntuhan dari kota kuno ini tetap utuh secara substansial sampai mereka dihancurkan oleh gempa bumi pada pertengahan abad ke-18 dan kemudian dijarah oleh penguasa Maroko yang mencari batu untuk membangun kota Meknes. Baru pada akhir abad ke-19 situs tersebut secara definitif diidentifikasi sebagai kota kuno Volubilis. Selama dan setelah periode pemerintahan Prancis atas Maroko, sekitar setengah dari situs kota ini digali, yang mengungkapkan banyak mosaik yang masih bagus, dan beberapa bangunan umum yang lebih menonjol dan rumah-rumah berstatus tinggi dipulihkan atau dibangun kembali. Sekarang kota ini masuk dalam Situs Warisan Dunia UNESCO, dan terdaftar sebagai "contoh yang sangat terawat dari kota kolonial Romawi di daerah pinggiran Kekaisaran".
Pondasi serta okupansi oleh bangsa Romawi
Daerah di sekitar Volubilis telah dihuni setidaknya sejak zaman Neolitik Atlantik Akhir, sekitar 5.000 tahun yang lalu; Penggalian arkeologi di situs ini telah menemukan tembikar Neolitik dengan desain yang sebanding dengan potongan yang ditemukan di semenanjung Iberia di benua Eropa. Lalu, pada abad ke-3 SM, Bangsa Kartago hadir di kota ini, sebagaimana telah dibuktikan dengan sisa-sisa kuil untuk dewa Fenisia yaitu Baal serta menemukan tembikar dan batu bertuliskan dalam bahasa Fenisia.
Kota ini termasuk dalam bagian dari kerajaan Mauritania yang akhirnya jatuh ketangan bangsa Romawi dan dijadikan negara-klien pada tahun 146 SM setelah kekalahan bangsa Kartago. Pengaruh dari bangsa Fenisia berlangsung untuk waktu yang cukup lama bahkan setelah kekalahan bangsa mereka, dikarenakan hakim kota mempertahankan gelar Carthaginian yang cukup lama setelah berakhirnya kekuasaan Punisia. Raja Juba II dari Numidia ditempatkan di takhta kerajaan Mauritania oleh Kaisar Augustus pada tahun 25 SM dan mengalihkan perhatiannya untuk membangun ibu kota kerajaan di Volubilis. Juba dan putranya Ptolemeus adalah raja yang sepenuhnya sudah diromanisasi, meskipun mereka berasal dari keturunan Berber; preferensi mereka terhadap seni dan arsitektur dari bangsa Romawi tercermin dengan jelas dalam desain kota ini.
Setelah Kaisar Claudius menguasai kerajaan Mauritania pada tahun 44 M, kota ini tumbuh pesat dikarenakan sumber kekayaan dan kemakmurannya yang berasal dari tanah yang subur di provinsi yang menghasilkan komoditas ekspor berharga seperti biji-bijian, minyak zaitun, dan hewan liar untuk tontonan gladiator. Pada puncaknya kota ini di akhir abad ke-2, Volubilis memiliki sekitar 20.000 penduduk, jumlah populasi ini termasuk kategori yang sangat besar untuk sebuah kota dari provinsi Romawi. Serta wilayah sekitaran kota ini juga dihuni dengan baik, menurut penilaian berdasarkan dari lebih 50 vila yang ditemukan di daerah ini. Dan hal ini disebutkan oleh ahli geografi abad ke-1 M, yaitu Pomponius Mela, yang menggambarkannya dalam karyanya De situ Orbis Libri III sebagai salah satu "Kota terkaya, meskipun terkaya di antara yang kecil" di Mauritania. Hal ini juga disebutkan oleh Pliny the Elder, dan Rencana Perjalanan Antonine abad ke-2 yang mengacu pada lokasinya dan menamakannya sebagai Volubilis Colonia yang dimana populasinya didominasi oleh orang Berber Romawi.
Meskipun terjadi pemberontakan pada 40-44 M yang dipimpin oleh salah satu orang bebas dari Ptolemeus, yaitu Aedemon, kota ini tetap setia kepada Kekaisaran Romawi dan penduduknya diberi penghargaan kewarganegaraan dan dibebaskan dari pajak selama sepuluh tahun. Kota ini dinaikkan statusnya menjadi Municium serta sistem pemerintahannya dirombak, dengan rangkaian pejabat yang bergaya Fenisia mulai diganti oleh duumvir yang dipilih setiap tahun, atau pasangan hakim. Sebuah cincin yang terdiri dari lima benteng yang terletak di dusun modern yaitu Aïn Schkor, Bled el Gaada, Sidi Moussa, Sidi Said, dan Bled Takourart (Tocolosida kuno) dibangun untuk memperkuat pertahanan kota. Ketegangan yang meningkat di wilayah ini menjelang akhir abad ke-2 membuat kaisar Marcus Aurelius memerintahkan pembangunan sirkuit dinding sepanjang 2,5 km dengan delapan gerbang dan 40 menara. Kota Volubilis terhubung melalui jalan darat ke Lixus dan Tingis yaitu ibu kota provinsi Romawi Mauritania Tingitana, Tangier moderen. Akan tetapi tidak memiliki koneksi ke arah timur dengan provinsi tetangga Mauretania Caesariensis, karena wilayah suku Berber Baquates yang terletak di antaranya. Terdapat juga Komunitas Yahudi di kota Volubilis pada abad ketiga, terbukti dari beberapa prasasti pemakaman Ibrani, Yunani, dan Latin serta lampu berbentuk Menorah dimana ini adalah lokasi paling barat daya di mana prasasti Ibrani kuno dapat ditemukan.
Kontrol dari kekaisaran Romawi atas kota itu berakhir setelah kekacauan Krisis Abad Ketiga dimana kekaisaran hampir hancur ketika serangkaian jenderal merebut dan kehilangan kekuasaan melalui perang saudara, kudeta istana, dan pembunuhan. Sekitar tahun 280 M, kekuasaan bangsa Romawi mulai runtuh di sebagian besar daerah Mauritania dan tidak pernah dapat berdiri kembali. Pada tahun 285 M, kaisar Diocletian menata kembali apa yang tersisa dari provinsi tersebut hanya untuk mempertahankan jalur pantai antara Lixus, Tingis, dan Septa (Ceuta modern). Meskipun pasukan Romawi berbasis di Tingis, diputuskan bahwa biaya keperluan perang/ekspedisi akan terlalu mahal untuk melakukan penaklukan kembali atas wilayah perbatasan yang rentan. Pendudukan terhadap kota Volubilis terus berlanjut, akan tetapi karena mosaik halus seperti balapan kereta yang dilakukan oleh hewan di kuil dewa Venus tidak mungkin dibuat lebih awal dari abad keempat. Maka dari itu akhir dari kekuasaan Romawi di kota ini mungkin datang dalam bentuk gempa bumi menjelang akhir abad itu, yang mengubur banyak patung perunggu di reruntuhan rumah.
Salah satu mosaik yang terdapat di kota Volubilis
(Credit) User: CarlOttersen from Wikipedia (CC BY-SA 4.0)
Sepeninggalan bangsa Romawi
Kota Volubilis terus dihuni selama berabad-abad setelah berakhirnya kendali dari bangsa Romawi. Kota ini sempat dihuni kembali oleh kekaisaran Romawi Timur pada abad ke-6 dan 7. Pada saat orang Arab tiba pada tahun 708 M, nama kota ini diganti menjadi Oualila atau Walīlī, dan dihuni oleh orang-orang Awraba, yaitu suku Berber yang berasal dari Libya. Sebagian besar pusat kota telah ditinggalkan dan diubah menjadi kuburan, sementara pusat pemukiman telah pindah ke barat daya kota, di mana tembok baru telah dibangun.
Kota Volubilis tetap menjadi ibu kota dari wilayah tersebut hingga masuknya periode Islam. Koin Islami yang berasal dari abad ke-8 telah ditemukan di situs tersebut, membuktikan kedatangan Islam di bagian Maroko ini. Pemukiman orang-orang Arab terkonsentrasi di luar tembok kota, yang menunjukkan bahwa pemukiman Arab tetap berbeda dari pemukiman Berber di dalamnya. Di sinilah Moulay Idriss mendirikan dinasti Idrisid Maroko pada tahun 787-8 M. Moulay Idriss merupakan keturunan langsung dari nabi Muhammad SAW, dia melarikan diri ke Maroko dari Suriah setelah Pertempuran Fakhkh pada tahun 787 M. Dia dinyatakan sebagai Iimam" di Volubilis, yang diduduki oleh orang Awraba, di bawah Ishaq ibn Mohammad. Moulay Idriss menaklukkan sebagian besar Maroko Utara selama tiga tahun masa pemerintahannya, mendirikan kota Fes. Dan dia akhirnya dibunuh di Volubilis pada tahun 791 atas perintah dari Khalifah Abbasiyah, yaitu Harun al-Rashid. Pada masa Sultan Idriss II kursi kepemimpinan dipindahkan ke kota Fes yang berfungsi sebagai ibu kota barunya, menghilangkan Volubilis dari sisa-sisa terakhir signifikansi politiknya.
Sebuah kelompok Muslim yang dikenal sebagai Rabedis, yang memberontak di kota Córdoba di Al-Andalus (Provinsi Andalusia di Spanyol modern), bermukim kembali di Volubilis pada tahun 818 M. Meskipun orang-orang terus tinggal di Volubilis selama beberapa abad lagi, kota ini mungkin hampir ditinggalkan pada abad ke-14 M. Seorang diplomat Berber bernama Leo Africanus atau al-Hasan ibn Muhammad al-Wazzan menggambarkan tembok dan gerbangnya, serta makam Idris, yang hanya dijaga oleh dua atau tiga kastil. Tubuhnya kemudian dipindahkan ke kota Moulay Idriss Zerhoun, 3 km, di mana sebuah makam besar dibangun untuk almarhum. Nama kota Volubilis dilupakan dan disebut Ksar Faraoun, atau "Kastil Firaun", oleh penduduk setempat, mengacu pada legenda bahwa orang Mesir kuno telah membangunnya. Meskipun demikian, beberapa bangunannya tetap berdiri, meskipun hancur. Pada abad ke-17 ketika Moulay Ismail menggeledah situs tersebut untuk menyediakan bahan bangunan bagi ibu kota kekaisaran barunya di Meknes, gempa Lisbon yang terjadi tahun 1755 menyebabkan kerusakan parah lebih lanjut terhadap situs kuno kota Volubilis ini.
Penggalian/ekskavasi, restorasi, serta pencatatan oleh UNESCO
![]() |
Reruntuhan kota Volubilis (Credit) User: Subhros, Wikipedia (CC BY-SA 3.0) |
Sebagian besar kota kuno Volubilis telah digali oleh orang Prancis selama pemerintahan mereka atas negara Maroko yaitu (French Morocco) antara tahun 1912 dan 1955, tetapi penggalian di situs tersebut dimulai beberapa dekade sebelumnya yaitu sejak tahun 1830, pada saat penaklukan Prancis atas Aljazair yang memulai proses perluasan kekuasaan Prancis atas sebagian besar Afrika utara, barat, dan tengah, dimana arkeologi berkaitan erat dengan kolonialisme Prancis. Tentara Prancis melakukan eksplorasi ilmiah sejak tahun 1830-an dan pada tahun 1850-an menjadi mode bagi perwira tentara Prancis untuk menyelidiki peninggalan Romawi selama cuti dan waktu luang mereka. Pada akhir abad ke-19, para arkeolog Prancis melakukan upaya intensif untuk mengungkap masa lalu Afrika barat laut sebelum kedatangan Islam melalui penggalian dan restorasi situs arkeologi.
Program penggalian/ekskavasi yang dilakukan oleh orang-orang Prancis di kota Volubilis ini dan beserta situs-situs lainya di Afrika Utara yang dikuasai Prancis seperti di Aljazair dan Tunisia memiliki komponen ideologis yang kuat. Arkeologi di situs Romawi digunakan sebagai instrumen kebijakan kolonialis, untuk menghubungkan antara masa lalu Romawi kuno dan masyarakat "Latin" baru yang dibangun Prancis di Afrika Utara. Program tersebut meliputi pembersihan bangunan modern yang dibangun di atas situs kuno, penggalian kota dan vila Romawi, serta rekonstruksi bangunan sipil utama seperti gapura/arca kemenangan. Kota-kota yang hancur, seperti Timgad di Aljazair, digali dan dibersihkan secara besar-besaran. Sisa-sisa dari kota/situs bersejarah tersebut itu dimaksudkan untuk berkerja, seperti yang dikatakan salah seorang penulis, sebagai "saksi dorongan menuju Romanisasi".
Penggalian pertama di kota kuno ini dilakukan oleh arkeolog Prancis Henri de la Martinière antara tahun 1887 dan 1892. Pada tahun 1915 Hubert Lyautey, gubernur militer Prancis Maroko (French Morocco), menugaskan arkeolog Prancis Marcel dan Jane Dieulafoy untuk melakukan penggalian di Volubilis. Meskipun kesehatan Jane yang buruk membuat mereka tidak dapat melaksanakan program pekerjaan yang mereka buat untuk Lyautey, pekerjaan tetap berjalan di bawah Louis Chatelain. Para arkeolog Prancis dibantu oleh ribuan tawanan perang Jerman yang telah ditangkap selama Perang Dunia Pertama dan dipinjamkan kepada para ekskavator oleh Lyautey. Penggalian terus berlanjut sampai tahun 1941 ketika Perang Dunia Kedua terpaksa dihentikan.
Setelah perang, penggalian dilanjutkan di bawah otoritas Prancis dan Maroko (setelah kemerdekaan Maroko pada tahun 1955) serta program pemulihan dan rekonstruksi dimulai. Arch of Caracalla telah dipulihkan pada tahun 1930–34. Disusul oleh Kuil Capitoline pada tahun 1962, basilika pada tahun 1965–67, dan Gerbang Tingis pada tahun 1967. Dan, sejumlah mosaik dan rumah menjalani konservasi dan restorasi pada tahun 1952–1955. Dalam beberapa tahun terakhir, salah satu bengkel produksi minyak zaitun di ujung selatan kota telah dipulihkan dan dilengkapi dengan replika mesin press minyak Romawi. Pemulihan ini menimbulkan kontroversi, tinjauan yang dilakukan untuk UNESCO pada tahun 1997 melaporkan bahwa "beberapa rekonstruksi, seperti rekonstruksi di gapura/arca kemenangan, Capitolium, dan bengkel pengepresan minyak, adalah radikal dan pada batas praktik yang diterima saat ini."
Dari penggalian tahun 2000 yang dilakukan oleh University College London dan Moroccan Institut National des Sciences de l'Archéologie et du Patrimoine di bawah arahan Elizabeth Fentress, Gaetano Palumbo, dan Hassan Limane mengungkapkan apa yang mungkin harus ditafsirkan sebagai markas Idris I tepat di bawah tembok kota Romawi di sebelah barat pusat kota kuno. Penggalian di dalam tembok juga mengungkapkan bagian dari kota abad pertengahan awal. [40] Saat ini, banyak artefak yang ditemukan di Volubilis dapat dilihat dipajang di Museum Arkeologi Rabat.
UNESCO mendaftarkan Volubilis sebagai Situs Warisan Dunia pada tahun 1997. Pada 1980-an, Dewan Monumen dan Situs Internasional (ICOMOS) menyelenggarakan tiga konferensi untuk menilai kemungkinan nominasi ke Daftar Warisan Dunia untuk situs di Afrika Utara. Telah disepakati dengan suara bulat bahwa Volubilis adalah kandidat yang baik untuk daftar tersebut dan pada tahun 1997 ICOMOS merekomendasikannya untuk ditorehkan sebagai "contoh kota kolonial Romawi yang sangat terpelihara dengan baik di pinggiran Kekaisaran", yang diterima UNESCO .
Layout kota dan Infrastruktur
Sebelum kota ini diduduki oleh bangsa Romawi, kota ini meliputi area seluas sekitar 12 hektar, yang dibangun di atas punggung bukit berbentuk V antara sungai Fertassa dan Khoumane pada poros utara-selatan. Kota ini dikembangkan pada pola yang cukup teratur dengan ciri khas pemukiman Fenisia / Kartago dan ditutup oleh satu set dinding. Di bawah pemerintahan Romawi, kota ini diperluas secara signifikan pada poros timur laut-barat daya, bertambah luasnya menjadi sekitar 42 hektar. Sebagian besar bangunan umum kota dibangun di bagian kota yang lebih tua. Rumah-rumah besar yang kota ini terkenal akan nya berada di bagian yang lebih baru, di belakang Decumanus Maximus (jalan utama), yang membelah bagian kota dari zaman Romawi. Jalan-jalan diaspal, dengan trotoar di kedua sisinya, dan dilapisi dengan serambi melengkung di kedua sisinya, di belakangnya terdapat lusinan toko. Lengkungan Caracalla menandai titik di mana kota-kota lama dan baru bergabung. Setelah saluran air rusak seiring dengan berakhirnya pendudukan Romawi, sebuah daerah pemukiman baru dibangun di sebelah barat dekat Wadi/Sungai Khoumane.
Kota ini disuplai dengan air melalui saluran air yang mengalir dari mata air di perbukitan di belakang kota. Saluran air mungkin dibangun pada sekitar tahun 60-80 M yang kemudian direkonstruksi pada beberapa kesempatan. Jaringan saluran yang rumit mensuplai rumah-rumah dan pemandian umum dari pasokan kota dan serangkaian saluran air membawa limbah-limbah ke sungai untuk disiram. Saluran air berada di bawah Decumanus Secundus, jalan yang sejajar dengan Decumanus Maximus/Jalan Utama, dan berakhir di air mancur besar di pusat kota dekat Arch of Caracalla.
![]() |
Decumanus Maximus/Jalan Utama (Credit) Christian Rosenbaum, Wikipedia (CC BY-SA 3.0) |
Sebagian besar tembok kota pra-Romawi asli dibangun di atas atau dihancurkan, tetapi bentangan tembok asli sepanjang 77 meter (250 kaki), yang terbuat dari bata lumpur di atas fondasi batu, masih dapat dilihat di dekat tumulus. Tembok kota Romawi membentang 2,6 km (1,6 mil) dan tebal rata-rata 1,6 m (5,2 kaki). Dibangun dari puing-puing batu dan ashlar, sebagian besar masih ada. Seluruh dinding tembok memiliki 34 menara, berjarak sekitar satu menara setiap 50 meter (160 kaki), dan enam gerbang utama yang diapit oleh menara. Sebagian dari tembok timur telah direkonstruksi hingga ketinggian 1,5 meter (4,9 kaki). Gerbang Tingis, juga dibangun kembali, menandai pintu masuk utara-timur ke Volubilis. Dibangun pada 168/169 M - tanggalnya diketahui karena ditemukannya koin pada tahun itu yang sengaja ditanamkan pada batu gerbang oleh pembangunnya.
Dinding abad pertengahan awal berdiri di sebelah barat Arch of Caracalla; itu dibangun setelah akhir pendudukan Romawi, tampaknya, beberapa waktu di abad ke-5 atau ke-6, untuk melindungi sisi timur kawasan pemukiman baru kota. Itu berorientasi ke arah utara-selatan dan dibangun menggunakan batu yang dijarah dari bangunan hancur di tempat lain di daerah kota yang ditinggalkan.
Perdagangan/Ekonomi
Pada saat masa kekuasaan bangsa Romawi, Volubilis adalah penghasil utama minyak zaitun. Sisa-sisa bangunan yang didedikasikan untuk pengepresan zaitun masih mudah terlihat, begitu pula sisa-sisa pengepresan asli dan pabrik zaitun. Salah satu bangunan semacam itu telah direkonstruksi dengan replika mesin press zaitun Romawi berukuran penuh. Minyak zaitun sangat penting bagi kehidupan kota, karena tidak hanya sebagai bahan makanan tetapi juga digunakan untuk lampu, mandi, dan obat-obatan, sedangkan buah zaitun yang dipres diumpankan ke hewan atau dikeringkan dan digunakan sebagai bahan bakar untuk pemandian. Untuk alasan ini, bahkan beberapa rumah termegah memiliki mesin pengepres zaitun sendiri. Terdapat lima puluh delapan kompleks pengepresan minyak sejauh ini telah ditemukan di Volubilis, ada juga bukti penting bahwa kota ini merupakan pusat komersial yang hidup. Tidak kurang dari 121 toko telah diidentifikasi sejauh ini, banyak di antaranya toko roti, dan dilihat dari jumlah perunggu yang ditemukan di situs tersebut, mungkin juga telah menjadi pusat produksi atau distribusi karya seni perunggu.
Jadi pada intinya kota Volubilis ini merupakan kota yang kaya akan sejarah, terlepas dari negara manakah kita, sekarang adalah tugas kita sebagai generasi masa depan untuk menjaga bukti-bukti sejarah agar generasi yang akan datang dapat mengetahui dan melihat nya juga secara langsung!
Mohon maaf apabila tulisan saya masih copy-paste atau ada kesalahan lainnya, karena saya masih baru mencoba untuk menulis. Terima Kasih sudah membaca!
Source: Wikipedia
Mungkin ada teman-teman yang punya masukan untuk saya, please jangan sungkan yah untuk berkomentar!
BalasHapus